Header Ads

Siklus Matahari


Siklus Matahari adalah siklus sebelas tahun sekali ketika jumlah bintik matahari bervariasi. Pada periode teraktif, atau solar maximum, jumlah bintik matahari bertambah hingga puncaknya, sementara pada periode dengan aktivitas terendah, atau solar minimum, jumlah bintik Matahari berkurang hingga titik terendahnya. Periode solar Maximum terakhir berlangsung pada tahun 2001.

Siklus Matahari tidak selalu persis sebelas tahun sekali; siklus ini dapat muncul paling cepat dalam 9 tahun, dan paling lambat dalam 14 tahun. Siklus ini pertama kali ditemukan oleh Heinrich Schwabe pada tahun 1843. 
  
Apa Dampak Berkurangnya Bintik Matahari pada Bumi?

Siklus Matahari adalah siklus aktivitas Matahari yang diketahui dari jumlah bintiknya. Biasanya periode siklus Matahari berlangsung tiap 11 tahun sekali.

Dulu di tahun 1645, jumlah bintik matahari yang terlihat oleh para ilmuwan ada pada titik terendahnya sehingga mereka menamakan kondisi tersebut dengan sebutan periode Maunder Minimum. Periode itu berlangsung selama 70 tahun, dan disebut sebagai penyebab mengapa suhu di Bumi menurun.
Namun, teori perihal jumlah bintik matahari yang memengaruhi suhu di Bumi masih diperdebatkan oleh para ilmuwan. Pasalnya, belum ada bukti yang memadai untuk mendukung teori tersebut.
Siklus Matahari yang kini sedang berlangsung adalah siklus yang bermula pada Januari 2008. Menurut perhitungan, seharusnya jumlah aktivitas minimal Matahari sudah berakhir di awal tahun 2010. Namun sejak tahun 1956—yang tercatat sebagai waktu puncak aktivitas Matahari, penurun jumlah bintik matahari terus terjadi. Saat ini, siklus ada pada waktu terendahnya.

Para peneliti menduga bawha jika aktivitas Matahari benar berdampak pada suhu di Bumi, maka nantinya suhu Bumi akan mendingin seperti yang terjadi pada saat Maunder Minimum.
Helen Popova, salah seorang peneliti dari Lomonosov Moscow State University membuat model fisika-matematika unik dari perubahan siklus Matahari tersebut dan menggunakannya untuk membuat pola dari aktivitas Matahari minimum yang kini sedang terjadi dan pengaruhnya terhadap suhu di Bumi. Hasilnya, ia menunjukkan bahwa meski tak separah Maunder Minimum, Bumi memiliki kemungkinan untuk mengalami hal serupa di masa mendatang.

Teori Popova itu didukung oleh Yaireska M. Collada-Vega, peramal cuaca NASA, yang mengatakan bahwa berkurangnya bintik Matahari bisa mengakibatkan pengembangan lubang korona, sehingga mengakibatkan terjadinya arus cepat. Arus cepat di Matahari itu diketahui bisa memengaruhi terjadinya badai geomagnetik yang sangat kuat di Bumi, dan mengakibatkan perubahan pada lingkungan radiasi di dalam magnetosfer.


Tidak ada komentar

Copyright 2014. Diberdayakan oleh Blogger.